Indonesia memiliki kelimpahan sumberdaya alam mineral yang berpotensi untuk meningkatkan perekonomian negara sebagai bahan baku bagi industri dalam negeri dan global. Akan tetapi sampai saat ini, Indonesia belum dapat mengelola sumberdaya mineral secara optimal ditandai dengan tingginya nilai impor mineral dari luar negeri. Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab kurang optimalnya pengelolaan tersebut, adalah belum adanya kebijakan dan strategi konkret untuk memayungi serta menguasai teknologi pengolahan mineral di Indonesia. Semangat transisi energi menjadi energi bersih dengan mengurangi dan menghilangkan emisi karbon merupakan peluang tersendiri bagi Indonesia untuk mengelola sumberdaya mineral seperti Grafit. Grafit merupakan salah satu jenis mineral yang sekarang banyak dibutuhkan industri maju terutama sebagai bahan baku pembuatan baterai termasuk baterai kendaraan listrik yang merupakan program prioritas nasional. Grafit sebagai mineral native element dengan komposisi C (karbon) dengan sistem kristal heksagonal mempunyai berbagai karakteristik unik di antaranya yaitu penghantar listrik nonlogam, tahan panas, ringan, licin, rapuh namun dapat diproses menjadi grafena yang sangat kuat, grafit berpotensi untuk digunakan dalam industri berteknologi maju termasuk industri pertahanan. Indonesia mempunyai beberapa jalur batuan metamorf yang kemungkinan besar banyak mengandung mineral grafit, terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Beberapa penelitian telah membahas potensi grafit alam di Indonesia dan dari data sekunder kebutuhan grafit untuk industri dalam negeri sekitar 44 ribu ton / tahun. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian guna menganalisis potensi kandungan grafit sebagai bahan baku bagi industri pertahanan. Sumberdaya grafit yang dianalisis adalah sumberdaya grafit yang ada di Kabupaten Sanggau (Kalimantan Barat) dan Kabupaten Kolaka (Sulawesi Tenggara). Pemilihan dua lokus ini diharapkan dapat digunakan untuk meneliti grafit di Indonesia pada umumnya terkait dengan potensi kandungan grafit, pemanfaatan grafit sebagai bahan baku Industri Pertahanan serta kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan grafit bagi industri pertahanan di masa datang. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi/campuran dengan tahapan kegiatan studi literatur, Focus Group Discussion (FGD), survey lapangan, uji laboratorium dan Seminar. Hasil uji laboratorium terhadap contoh grafit yang diambil di Kab Sanggau, Kalbar dan Kabupaten Kolaka, Sultra menunjukkan bahwa kualitas keduanya cukup baik untuk digunakan sebagai bahan baku industri pertahanan karena telah terbentuk melalui proses grafitisasi dengan sempurna. Adapun produk-produk industri pertahanan yang menggunakan bahan baku grafit di antaranya baterai Lithium-Ion yang digunakan ranpur, rantis dan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), nozel roket, bahan rompi anti peluru dan cover electro optic, kamera dan saluran udara anti ledakan pada ranpur serta radar absorbant. Oleh karena itu, penelitian ini layak untuk ditindaklanjuti dengan penelitan lanjutan untuk menyusun kebijakan dan strategi yang optimal dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan grafit dari hulu hingga hilir guna mendukung kemandirian industri dan industri pertahanan dalam negeri yang secara langsung dapat meningkatkan perekonomian nasional.
JUDUL | : | Grafit Untuk Industri Pertahanan |
ISBN | : | |
PENULIS | : | Tim Puslitbang Sumdahan, Balitbang Kemhan |
BERAT | : | 380 gram |
There are no comments yet, add one below.